Selasa, 11 Januari 2011

razia pondok mesum Pantai Padang

Feature Razia

Berkali-kali dilakukan razia, tapi tempat mesum pun kembali beroperasi. Penertiban tampaknya hanya dianggap shock terapi yang akan sembuh seiring berlalunya mobil patroli. Tak ada solusi, hanya ada basa-basi. Mesum pun tetap terjadi meski banyak yang mencaci maki. Pantai purus menjadi saksi, manusia yang tak sadar diri.

Laporan—Marisa Elsera

Sirine mobil patroli Satuan polisi pamong praja (Satpol PP) dan SK4 dari kepolisian dan tentara mulai berdengung di kawasan simpang lampu merah Hang Tuah. Kepanikan seketika tampak di wajah-wajah pengunjung warung esek-esek yang digerebek aparat. Tak kalah paniknya para pemilik warung yang geram ketika satpol PP membongkar paksa tenda biru yang disinyalir menjadi tempat maksiat.

Sontak berpuluh pasang mata yang melintas di jalan Samudera memandang pada tenda-tenda yang dibongkar paksa. Seorang pria berkaus singlet segera menghampiri lapaknya ketika petugas satpol PP yang datang merazia menyita tenda warungnya. Bapak tua itu berupaya menarik tenda-tenda tersebut agar tidak dinaikkan kedalam mobil patroli.

“Jan diambiak, ko kadai den. Manga kalian ko? Ndak rela do. Ndak rela do,”teriak si empunya warung.

Kembali dia mendorong petugas satpol PP. Tetap berusaha mengambil tenda yang dilipat sekenanya dari tangan petugas. Namun, apa mau dikata, lidi sebatang begitu mudah dipatahkan oleh rotan. Pemilik warung itu pun terpaksa menahan geram melihat tendanya dibawa paksa.

“Oi jan dipakso. Baliakkan tenda den. Manga kalian ko?,”tuturnya.

Rombongan pun kemudian bergerak menuju pantai purus. Setiap warung esek-esek dan berpayung rendah yang tampak, langsung dibersihkan. Begitupun dengan pasangan muda-mudi yang tengah asik menyepi di balik tenda dan pekatnya kegelapan malam pun turut digaruk Satpol PP.

Sadar terkena razia penertiban, pasangan muda-mudi yang diangkut paksa dengan mobil Satpol PP pun masuk ke dalam mobil dengan wajah memucat. Saat itu, tak ada lagi rayuan gombal dan tawa kesenangan, yang ada hanya cemas dan perasaan malu yang teramat sangat. Sempat memberikan sejuta alasan, tapi pasangan muda-mudi itu tetap saja digaruk.

Mendengar keributan dan teriakan razia, pasangan muda-mudi yang tengah asik berdua segera melarikan diri. Ada yang sepakat menceburkan diri ke dalam laut hingga berpura-pura pingsan, ada pula yang menyelamatkan dirinya sendiri dan meninggalkan pasangan kencannya yang terjaring razia. Razia itu juga memancing kemacetan karena kendaraan bermotor yang melintas di tempat razia turut menonton aparat menciduk warga.

Dari balik tenda yang sengaja dipasang hanya setinggi badan orang dewasa dengan posisi duduk itu, seorang perempuan yang kedapatan tengah berduaan dengan pasangannya langsung melompat ke dalam laut guna menghindari aparat yang tengah beroperasi. Aparat yang melihat segera membopong gadis yang pingsan itu. Warga pun segera membantu menyadarkan gadis yang sempat pingsan itu. Merasa kasihan, pasangan muda-mudi yang sudah basah kuyup itu tak jadi digaruk.

“Disuduik situ,pak. Ado nan lari ka jembatan tu. Caliak ka situ,”pekik warga yang menonton razia.

Tak menyia-nyiakan teriakan warga, satpol PP pun segera mengejar hingga ke pinggir sungai dekat jembatan. Dua pasang muda-mudi pun berhasil diamankan. Sementara itu, sepanjang kawasan pantai purus yang biasanya ditutupi oleh payung-payung beraneka warna, dimalam itu tak ada payung yang mengembang. Razia yang dimulai dari simpang Hang Tuah tampaknya sudah menggema hingga pantai purus dan pedagang pun membuka payung yang sejak siang sudah terpasang.

Usai merazia pesisir pantai purus, petugas segera kembali ke kantor Satpol PP di jalan Bagindo Azizchan bersama 13 muda-mudi yang terjaring. Pendataan pun segera dilakukan. Beragam arggumen menolak diperlakukan seperti tersangka mesum pun bermunculan dari mereka yang terjaring. Tapi sayang, petugas tak menggubrisnya.

“Manga anak kami ditangkok? Lah jalehnyo tagak di muko rumah kami. Main baok se mah,” celoteh ibu-ibu yang emosi mendapati anaknya dibawa paksa Satpol PP.

Rs, pemuda yang ikut terjaring razia menjelaskan ketika tengah ditangkap, dirinya dan teman wanitanya sedang menunggu angkot di depan simpang lampu merah. Namun tiba-tiba saja satpol PP yang tengah beroperasi mengangkutnya ke dalam mobil. Pemuda asal Solok Selatan itu pun mencak-mencak di kantor polisi dan memanggil teman-temannya.

“Saya Cuma naik angkot, kenapa ditahan? Aneh sekali kan?,”tuturnya.
Sementara itu, Pelaksana harian (PLH Satpol PP),  Fuji Astomi mengatakan operasi itu dilakukan untuk meminimalisir aksi maksiat yang ada di kota Padang. Dia juga menerima laporan masyarakat yang menyatakan gelisah dengan maraknya pengunjung warung esek-esek.








Tidak ada komentar: