Persoalan molornya pembangunan hunian sementara (Huntara) untuk korban tsunami di Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai menjadi isu nasional. Sebanyak 516 huntara yang rencananya dibangun oleh Palang Merah Indonesia (PMI) nyatanya masih terkatung-katung. Padahal, awalnya PMI menargetkan pembangunan huntara selesai jelang Natal 2010 lalu tapi nyatanya hingga kemarin, Rabu (19/1) baru 23 huntara yang telah siap huni.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Hermansyah mengungkapkan lambannya pembangunan huntara di Pagai Selatan telah menyebabkan kecemburuan social pada korban tsunami di Mentawai. Sebab, huntara di Pagai Utara sudah hampir selesai sementara di Pagai Selatan belum bisa dipastikan waktu selesainya.
“Kalau memang tidak sanggup, PMI bisa menurunkan target pembangunan huntaranya. Kalau tidak bisa 516 huntara, berapa sanggupnya? Yang realistis saja, sebab kasihan masyarakat dibiarkan terkatung-katung,”tutur Harmensyah.
Lebih lanjut pria berkacamata itu mengungkapkan sistem dan strategi pembangunan huntara PMI juga dinilai tidak efektif. Sebab, tanpa memberikan modal untuk membeli bahan bangunan maka masyarakat akan kesulitan untuk membeli bahan bangunan. Seharusnya, masyarakat diberikan modal untuk membeli bahan barulah efektif mempercepat pembangunan huntara.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah berkomitmen jika PMI tidak mampu menyelesaikan 516 huntara, BNPB bersedia membantu namun bantuan itu harus menunggu pernyataan sikap dari PMI. Sebab, PMI sebelumnya telah komitmen untuk menyelesaikan huntara tersebut.
“Saya minta untuk pembangunan rehab rekon Mentawai yang akan kita lakukan setelah berakhirnya masa early recovery nanti dirancang sebaik mungkin. Jangan sampai strategi kita justru membuat masyarakat semakin menderita. Untuk itulah kita perlu musyawarah dengan semua elemen baik pemerintah maupun lembaga nonpemerintahan seperti media, NGO,”ungkapnya usai rapat koordinasi dengan lembaga nonpemerintahan, Rabu (19/1) di ruang rapat BPBD Sumbar.
Di ruangan yang sama, Humas PMI, Eko Suhadi tak menampik lambannya pembangunan huntara oleh PMI. Hingga kemarin baru 23 huntara yang sudah dihuni oleh korban tsunami sedangkan 325 huntara lagi dalam proses siap huni. Sebagian huntara tinggal menunggu atap sedangkan sebagian lagi menunggu dinding. Akhir Februari ditargetkan akan pembangunan selesai.
Eko mengurai, kesulitan dalam membuka lahan dan mendapatkan bahan bangunan seperti kayu membuat pembangunan huntara di Pagai Selatan terkendala. Membuka jalan di Pagai Selatan menuju kea rah selatan hingga kilometer 40 menyebabkan kelambanan pembangunan.
“Kita juga terkendala oleh cuaca. Hujan dan badai membuat pembangunan terkendala. Padahal saat ini untuk membangun huntara tidak saja diserahkan pada korban gempa tapi telah dikirimkan tukang untuk membantu pembangunan,”ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Mentawai, Yudas Sabagalet mengatakan masih banyak permasalahan yang harus dibenahi secepat mungkin di beberapa titik lokasi pengungsian. Permasalahan yang mendesak untuk kebutuhan pengungsi korban tsunami Mentawai saat ini adalah bantuan tenaga medis dan obat-obatan, trauma healing. Ia berharap dengan masa early recovery (ER) Februari mendatang akan membantu proses rehab rekon Mentawai. Karena itu ia berharap petunjuk teknis ER akan disingkronkan dengan program rehab rekon (RR). (m)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar