Minggu, 24 April 2011

Tingkat Konsumsi Ikan Sumbar Rendah


Padang,Padek—Produksi ikan Sumbar rendah, ini merupakan implikasi dari tidak optimalnya teknik dan alat penangkapan ikan. Akibatnya, harga ikan pun mahal sehingga masyarakat Sumbar harus berpikir berulangkali untuk mengkonsumsi ikan. Tak mengherankan jika tingkat konsumsi ikan Sumbar sangat rendah. Hingga kini, konsumsi ikan Sumbar baru mencapai 25,86 kg/kapita/tahun. Angka itu jauh dibawah target nasional yakni 30,47 kg/kapita/tahunnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Yosmeri mengungkapkan produksi ikan Sumbar memang masih rendah. Misalnya untuk produksi ikan air tawar hanya 105.000 juta ton per tahun sementara untuk produksi ikan laut 191.000 juta ton per tahunnya. Kurangnya suplay akan berimbas pada tingginya harga produksi ikan, sementara daya beli masyarakat Sumbar tidak begitu tinggi.

“Akibatnya, konsumsi ikan sangat minim. Inilah yang ingin kita siasati. Bagaimana caranya agar produksi meningkat dan harga ikan bisa ditekan. Jadi, konsumsi ikan pun akan meningkat. Terlebih jika kita juga sosialisasikan makanan olahan dari ikan, tentu cara ini akan memancing peningkatan konsumsi,”jelas Yosmeri ditemui usai rapat koordinasi pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Daerah (Forikan) Sumbar, Rabu (20/4).

Lebih lanjut Yosmeri pada Padang Ekspres mengungkapkan kebiasaan mengkonsumsi ikan pada masyarakat Sumbar harus ditingkatkan demi kesejahteraan nelayan. Tak hanya segi ekonomis, mengkonsumsi ikan juga baik untuk kesehatan. Sebab, ikan merupakan sumber protein utama, yakni berkisar antara 20 hingga 35 persen.

“Kebiasaan mengonsumsi ikan dapat meningkatkan umur harapan hidup rata-rata penduduk Jepang yang saat ini menempati posisi tertinggi di dunia, yakni mencapai 76,3 tahun untuk pria dan 82,5 tahun untuk wanita,"jelasnya.

Namun untuk meningkatkan konsumsi ikan, perlu peningkatan teknik dan peralatan penangkapan ikan guna meningkatkan produksi ikan. Jika harga ikan dapat ditekan, maka pengusaha pengolaahan makanan dari ikan akan berkembang. Alhasil, angka konsumsi ikan di Sumbar pun akan meningkat. Sebab, jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di Jepang yakni 100 kg per kapita per tahunnya, Sumbar tertinggal jauh.

Sementara itu, perwakilan Dinas Kesehatan Sumbar, Yulia mengungkapkan dalam sosialisasi konsumsi ikan, perlu juga memperhatikan kualitas ikan yang hendak dimasak. Pasalnya, setiap tahun di bulan Agustus hingga Oktober sering terjadi keracunan makanan yang disebabkan oleh ikan tongkol. Misalnya, untuk tahun 2010 lalu, ada 15 kasus yang tercatat keracunan. Separuh diantaranya diakibatkan konsumsi tongkol.

“Makanya kalau disosialisasikan untuk konsumsi ikan, ada baiknya juga sekalian sosialisasikan bagaimana cara pengolahan ikan dan ajarkan ikan mana yang baik dan tidak baik untuk dimakan,”tuturnya.

Persoalan yang juga mengemuka dari rakor Forikan ini, yakni keluhan pengusaha pengolah makanan dari ikan akibat harga bahan mentah yang mahal. Jika harga ikan sudah mahal, tentunya biaya pengolahan akan membengkak. Kalaupun dijual dengan harga yang sepadan, konsumen pun akan berpikir ulang untuk membeli ikan.

Akibatnya, industri pengolahan makanan dari ikan banyak yang gulung tikar karena tidak mampu menghadapi tingginya harga ikan di Sumbar. Bahkan, harga ikan dari perairan Sumbar jauh lebih tinggi dibandingkan harga ikan import seperti ikan Thailand. Maka tak jarang, ikan import pun mengambil alih pemasaran ikan di Sumbar. (mr)




Tidak ada komentar: