Kerjasama Sumbar-Jepang
Padang,Padek—Gempa berkekuatan 8,9 SR disertai tsunami di Jepang telah merusak infrastruktur, tapi tak otomatis berdampak serius terhadap perekonomian di Sumbar. Jika Jepang segera pulih, hubungan ekonomi itu dipastikan tak terganggu. Namun jika Jepang terus terpuruk, baru akan berdampak pada kerjasama Sumbar-Jepang yang telah dibina sejak beberapa tahun lalu.
Seperti yang diketahui, pemprov Sumbar telah membangun rencana sister province dengan Jepang. Sumbar juga telah melakukan ekspor tuna dalam jumlah besar ke negara matahari terbit itu dan menjalin kerjasama berupa penangkapan ikan dan pembinaan nelayan penangkap ikan di pesisir pantai di Sumbar. Kerjasama yang dilakukan pemprov dan Jepang memang telah membuahkan hasil yang nyata. Maka sangat disayangkan jika hubungan kerjasama ini terganggu karena bencana di Jepang.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumbar, Yosmeri mengungkapkan 2011 ini akan dijajaki kerjasama yang lebih besar dengan Jepang dalam hal perikanan dan penangkapan tuna di zona ekonomi eksklusif (ZEE). Bahkan rencananya, tahun ini Jepang akan mengirimkan kapalnya ke Indonesia dalam waktu dekat setelah mendapatkan izin dari Kementerian Kelautan.
“Kita sudah ada pembicaraan dengan Jepang untuk mengirimkan kapalnya ke Indonesia. Kita minta yang diatas 100 GT. Tapi Jepang berencana mengirim dibawah 100 GT. Ini akan kami rembukkan kembali,”jelas Yosmeri ditemui di kantor Gubernur, kemarin.
Rencana itu telah dirancang cukup lama, sebab sejak dimulainya kerjasama penangkapan tuna tahun 2008 lalu, Jepang baru menyewa kapal masyarakat setempat untuk mengangkut hasil tangkapan tuna dari tengah laut. Setelah ditangkap, barulah tuna segar itu dikirim ke Jepang melalui Singapura. Ekspor tuna dari Sumbar ke Jepang terus meningkat setiap tahunnya, ditahun 2008 tuna yang dikirim ke negara pesumo itu hanya 318.201 kg per enam bulan. Namun 2010 lalu sudah meningkat menjadi 1000 ton per tahunnya.
“Kalau untuk ekspor tuna, kita hanya kirim ke dua negara yakni Jepang dan Amerika. Untuk tuna segar dan besar dikirim ke Jepang, untuk tuna yang sedikit lebih kecil dan tidak begitu segar dikirim ke Amerika,” tukas Yosmeri.
Awal kerjasama dengan Jepang, kemampuan nelayan Sumbar untuk mengolah dan menangkap tuna memang masih minim dan tradisional. Namun sejak masuknya Jepang ke Indonesia, nelayan diajarkan cara penangkapan ikan. Setelah itu, Jepang juga mendirikan rumpon untuk mengolah tuna. Negara matahari terbit itu pun juga membawa ekstrak MR (semacam zat untuk mengawetkan tuna) agar tuna yang dikirim dari Sumbar ke Jepang tetap segar begitu tiba di negaranya.
”Kita upayakan pembicaraan pada Kementerian terkait untuk memberikan izin kapal Jepang masuk ke Sumbar. Kerjasama dengan Jepang cukup menguntungkan kita, karena itu kita sambut baik kerjasama dengan Kagawa kali ini,” tutur Yosmeri.
Kegamangan Sumbar terhadap kondisi Jepang pascatsunami memang beralasa. Sebab, awal tahun 2011 ini Sumbar telah mengekspor ikan tuna sebanyak 600 ekor. Angka itu menunjukkan peningkatan positif bagi usaha pengolahan dan penangkapan tuna di Sumbar. Pengiriman ikan tuna awal 2011 ini sedang dipuncaknya, namun dengan tragedy tsunami di pasar tuna terbesar di dunia itu, dikhawatirkan diiringi oleh penurunan konsumsi tuna.
“Kita berharap hubungan kerjasama ini tidak mengganggu perekonomian di Jepang sehingga tidak berimbas pada kerjasama dengan kita. Soalnya, Jepang merupakan pasar tuna terbesar bagi Sumbar.
Yosmeri pada wartawan mengungkapkan ekspor tuna bisa dilakukan melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang via Jakarta dan Singapura. Dengan adanya ekspor melewati Singapura ini, frekuensi kegiatan ekonomi negara itu ke Sumbar lebih meningkat. Rute yang ditempuh pesawat itu yakni selama satu jam dari BIM ke Bandara Changi Singapura untuk transit pengisian bahan bakar, setelah itu terbang langsung ke Tokyo, Jepang dengan waktu tempuh enam jam. Ia menyebutkan, penerbangan cargo dilakukan secara reguler dengan jadwal tahap awal sekali sepekan. (mr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar